
Pada kesempatan ini, Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Yurizki Rio menjelaskan bahwa Perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar US$318,86 juta hingga 30 September 2025. Ia mengungkapkan, “Angka ini melampaui target yang ditetapkan PGE sebelumnya, yakni sebesar US$314,30 juta. Pendapatan periode ini juga meningkat sebesar 4,20 persen secara year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai US$306,02 juta. Hingga saat ini, kinerja Perseroan tetap sehat dengan fundamental keuangan yang kuat.”
Yurizki menjelaskan, secara umum, berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per 30 September 2025, PGE membukukan:
- Pendapatan: US$318,86 juta
- Laba Bersih: US$104,26 juta
- EBITDA: US$248,97 juta
- Total Aset: US$2,96 miliar
- Kas dan Setara Kas: US$628,12 juta
Perubahan laba bersih hingga 30 September 2025 terutama dipengaruhi oleh peningkatan biaya keuangan seiring penerapan aturan akuntansi baru (PSAK 223) dan perkembangan proyek panas bumi. Selama menunggu kelanjutan proyek PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), biaya bunga selama masa pembangunan (Interest During Construction/IDC) sementara dicatat sebagai beban keuangan. Sementara itu, bunga proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 yang sebelumnya termasuk biaya pembangunan kini dicatat sebagai beban bunga sejak unit tersebut mulai beroperasi komersial pada Juni 2025, yang juga mendorong kenaikan beban penyusutan sebesar 9,61 persen.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi mengungkapkan, kinerja tersebut sejalan dengan target pertumbuhan Perseroan. “PGE saat ini memfokuskan langkah pada ekspansi portofolio panas bumi melalui tiga pilar, yaitu pengembangan pembangkit, industrialisasi hilir, serta pengembangan produk dan solusi di luar kelistrikan. Upaya tersebut kami wujudkan melalui pengembangan berbagai proyek strategis dan persiapan ekosistem green hydrogen terintegrasi dengan pendekatan beyond electricity,” ujarnya.
Fokus Jangka Panjang
Sejalan dengan paparan Julfi, Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Yurizki Rio menegaskan, saat ini fokus PGE adalah pertumbuhan jangka panjang. PGE berinvestasi pada proyek-proyek quick win untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan produksi panas bumi, yang pada akhirnya akan memperkuat kinerja keuangan jangka panjang Perseroan.
“Kami memandang hal ini sebagai bagian dari upaya mendukung pertumbuhan PGE di tahun-tahun mendatang. Dari sisi kinerja, margin EBITDA kami tetap berada pada kisaran yang sehat meski mengalami sedikit penurunan. Hal tersebut merupakan konsekuensi wajar dari fase awal transformasi, di mana PGE perlu berinvestasi untuk memperluas portofolio. Pada tahap ini, kami melakukan investasi awal, terutama untuk rekrutmen talenta terbaik, kegiatan penelitian dan pengembangan, serta proyek-proyek eksplorasi yang berjalan seiring dengan target COD. Karena itu, pengeluaran pada fase ini bersifat strategis dan menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan jangka panjang PGE,” tegas Yurizki.
Saat ini, PGE tengah mengembangkan 17 proyek quick win yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk:
- Ulubelu LP (10 MW) : 2026
- Hululais Unit 1 & 2 (110 MW) : 2028
- Lahendong BU 1 (15 MW) : 2027
- Sungai Penuh Combine Cycle (10 MW) : 2028
- Ulubelu BU 1, 2, 3 (30 MW) : 2027
- Hululais EXT A (Bukit Daun) (60 MW) : 2029, 2030
- Kamojang LP (5 MW) : 2028
- Lahendong LP (15 MW) : 2028
- Lahendong Unit 7, 8, BU 2 (50 MW) : 2028
- Lumut Balai BU 1 (10 MW) : 2028
- Sibayak BU (5 MW) : 2028
- Hululais BU 1 (30 MW) : 2029
- Lumut Balai BU 2 (10 MW) : 2029
- Lumut Balai Unit 3 (55 MW) : 2029
- Hululais BU 2 (30 MW) : 2030
- Lahendong BU 3 (10 MW) : 2030
- Lumut Balai LP 1 & 2 (20 MW) : 2031
Kinerja Operasional Topang Pertumbuhan Perseroan
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Edwil Suzandi mengungkapkan peningkatan produksi di berbagai wilayah. Penguatan tersebut meliputi area Kamojang (1.326 gigawatt hour/GWh), Lahendong (643 GWh), Ulubelu (1.225 GWh), Lumut Balai (470 GWh), dan Karaha (80 GWh). Secara keseluruhan, produksi listrik diprediksi akan mencapai 4.978 GWh hingga akhir tahun, atau meningkat sebesar 3,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini mencerminkan kinerja operasional Perseroan yang stabil dan efisien.
Edwil Suzandi mengungkapkan, “Tambahan kapasitas sebesar 55 MW dari PLTP Lumut Balai Unit 2 yang mulai beroperasi penuh sejak Juni lalu telah meningkatkan kapasitas terpasang yang kami kelola secara mandiri menjadi 727 MW. Capaian ini semakin memotivasi kami untuk terus tumbuh, berinovasi, serta menghadirkan energi hijau yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.”
Selain itu, PGE juga turut memperkuat sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam mendorong percepatan transisi menuju energi bersih. Pada Agustus lalu, PGE menjalin kerja sama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mempercepat pengembangan panas bumi di 19 proyek eksisting dengan total kapasitas 530 MW. Kolaborasi ini berpotensi menambah kapasitas hingga 1.130 MW, yang berasal dari wilayah kerja yang sudah berproduksi maupun area prospektif baru.
Saat ini, PGE memegang peringkat ESG tertinggi di Indonesia dengan skor 7,1 dari Sustainalytics. PGE menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Top 50 Global ESG Companies 2025.
